Pemantauan arus puncak ekspirasi (APE) atau peak expiratory flow (PEF) penting untuk menilai berat asma, derajat variasi diurnal, respons pengobatan saat serangan akut, deteksi perburukan asimptomatik sebelum menjadi serius, respons pengobatan jangka panjang, justifikasi obyektif dalam memberikan pengobatan dan identifikasi pencetus misalnya pajanan lingkungan kerja.
Pemeriksaan APE mudah, sederhana,
kuantitatif dan reproducible untuk menilai apakah ada obstruksi
saluran napas dan seberapa berat obstruksi tersebut. Peak flow meter (alat
untuk mengukur APE) relatif murah dan mudah dibawa kemana-mana sehingga
pemeriksaan APE tidak hanya bisa dilakukan di RS atau klinik, namun bisa juga
dilakukan di fasilitas pelayanan yang lebih sederhana seperti Puskesmas,
praktek dokter dan bahkan di rumah penderita.
Pengukuran APE dilakukan pada:
- Penanganan serangan akut di UGD, klinik, praktek dokter dan oleh penderita di rumah
- Pemantauan berkala di rawsat jalan, klinik, praktek dokter
- Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten usia di atas 5 tahun, terutama bagi penderita setelah perawatan dari rumah sakit, penderita yang tidak atau sulit mengenal perburukan berdasarkan gejala padahal berisiko tinggi untuk mendapat serangan yang mengancam jiwa.
Interpretasi pengukuran APE
Nilai prediksi APE diperoleh
berdasarkan usia, tinggi badan , jenis kelamin dan ras serta batasan normal
variabilitas diurnal. Pada umumnya penderita asma mempunyai nilai APE di atas
atau di bawah nilai rerata prediksi tersebut, sehingga direkomendasikan:
objektif APE terhadap pengobatan adalah berdasarkan nilai terbaik masing masing
penderita. Demikian juga dengan variabilitas harian penderita, lebih baik
mmenggunakan nilai terbaik masing-masing penderita daripada berdasarkan nilai
normal atau prediksi.
Setiap penderita mempunyai nilai
terbaik yang berbeda walaupun sama berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin.
Nilai APE terbaik tersebut penting, karena rencana pengobatan sebaiknya
berdasarkan nilai terbaik, bukan nilai prediksi. Kecuali pada keadaan sulit
mendapatkan nilai terbaik, misalnya penderita tidak dapat melakukan sendiri di
rumah, asma sulit terkontrol dan lain-lain, maka dapat digunakan nilai
prediksi. Nilai prediksi PEFR orang Indonesia Berdasarkan hasil penelitian Tim
Pneumobile Project Indonesia 1992.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar