Translate

Sabtu, 30 Maret 2013

ARTIKEL



Penyakit TB paru kebal obat mulai mengancam
Lusi Nursilawati Syamsi

Pendahuluan
Penyakit TB yang disebabkan Mycobacterium Tuberculosis  (TBC)  saat ini masih merupakan masalah dan beban Negara yang memerlukan pemikiran dan strategi yang tepat untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Menurut data WHO  Tahun 2011 negara Indonesia masih  menempati keempat didunia setelah India , China, dan Afrika selatan, dan angka kematian mencapai 64.000 per tahun, tentunya bukan tugas yang ringan dan perlu kerja keras dari berbagai pihak,  pemerintah dan masyarakat untuk bersungguh sungguh menuntaskan penyakit ini. Penyediaan obat gratis TB paru oleh Pemerintah   sudah tersedia seperti combipak sejak th 1900 an, saat ini paket kombinasi dosis tetap ( KDT)/ Fixed doses combination (FDC) bentuk dan sediaan obat lebih sederhana sudah tersedia diseluruh puskesmas, Rumah sakit pemerintah bahkan Rumah sakit swasta melalui strategi DOTS. Masalah sulit yang muncul saat ini dan menjadi ancaman Negara adalah kebalnya kuman terhadap obat TBC. Keadaan ini membuat sulit tatalaksana pengobatan TBC, dan meningkatkan angka kesakitan TBC yang mencapai 450.000 kasus tb baru/tahun dan  6.500 MDR TB/tahun di Negara kita. TB paru merupakan salah satu penyakit paru yang sering meninggalkan bekas sakit pada paru bila penderita sembuh dari pengobatan, tidak jarang bekas penyembuhan ini sering menjadi masalah baru pada generasi muda kita saat mengikuti seleksi kesehatan untuk mendapatkan pekerjaan.
Penyakit TB paru kebal obat
Penyakit TB paru kebal obat disebabkan kebalnya kuman terhadap obat anti TB. Kekebalan (resistensi) kuman terdiri  primer dan sekunder, kekebalan primer terjadi pertamakali pada penderita yang belum pernah mendapatkan  obat TB atau pernah tetapi  kurang dari 1 bulan , sedangkan kekebalan sekunder terjadi setelah penderita yang pernah mendapat pengobatan obat TB setidaknya 1 bulan dan mendapat obat TB kembali oleh karena penderita kambuh atau  memberhentikan pengobatan pertama  sebelum dinyatakan sembuh . Jenis kekebalan kuman terdiri dari Multidrug resistance (MDR TB), Extensive drug resistance (XDR TB) dan Total drug resistance (TDR TB). MDR TB adalah Kuman TB yang sudak kebal terhadap obat TB lini pertama yaitu rifampicin dan INH secara bersamaan. MDR TB bentuk awal dari resistensi kuman, ini merupakan fenomena buatan manusia akibat pengobatan TB yang tidak adekuat, seperti kombinasi obat yang tidak lengkap, dosis yang kurang, lama pengobatan yang kurang, serta ketidakteraturan atau ketidakpatuhan penderita selama pengobatan. XDR TB adalah lanjutan dari MDR TB, dimana kuman TB sudah kebal terhadap obat TB lini kedua seperti golongan kuinolon dan suntikan kanamicin atau amikasin. TDR TB merupakan lanjutan dari XDR TB, dimana kuman TB sudah kebal terhadap obat lini pertama dan lini kedua.
Penanganan dan Pengobatan kasus MDR TB sangatlah rumit, lebih lama dan lebih mahal, memerlukan lama pengobatan antara 19 sampai 24 bulan.  Menghadapi Masalah ini perlu dan pentingnya penyuluhan yang terus menerus petugas kesehatan sampai tingkat RW melalui PKK yang sudah dilatih mengawasi langsung pada penderita, pengawasan minum obat yang terlatih, dan pengetahuan tentang penanganan efek samping dan gangguan gagal penyerapan obat TB dari petugas kesehatan secara  multidisiplin dan terpadu. Keterusterangan petugas kesehatan tentang TBC pada penderita sangatlah penting, istilah seperti diagnosis  “ plek” atau bronkitis yang berkembang di masyarakat tetapi penderita diberikan obat TBC saat ini perlu diluruskan dan dijelaskan langsung pada penderita menderita penyakit TBC. Pengobatan  TBC yang biasa diberikan selama minimal 6 bulan dan menyebabkan air seni berwarna merah perlu dikenalkan pada penderita untuk memudahkan  mengenal penyakitnya. Pengetahuan efek samping obat TBC yang banyak harus dijelaskan sebelum penderita memulai pengobatan agar tidak memutuskan pengobatan secara sepihak. Seringkali penderita hanya menjalankan pengobatan 2 bulan pada fase eradikasi  oleh karena keluhan sudah membaik olehkarena ketidaktahuan penderita tentang risiko pengobatan tidak lengkap.
Pemeriksaan TB paru kebal obat
                Pemeriksaan yang mudah untuk menentukan TB paru kebal obat adalah dengan mengetahui riwayat pengobatan TBC penderita terdahulu. Terdapat 9 kriteria seorang penderita menjadi tersangka TB paru kebal obat yaitu :
  1. Kasus kronik bila penderita tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan TBC ulang keduakalinya
  2. Bila pada pemeriksaan dahak (BTA) tidak menunjukkan hasil negatif (konversi) setelah 2 bulan  menjalani pengobatan TBC ulang kedua-kalinya.
  3. Riwayat pengobatan TB yang menggunakan obat lini kedua atau tidak menggunakan strategi DOTS 
  4. Pengobatan TB pertama yang gagal.
  5. Pemeriksaan dahak (BTA) tidak menunjukkan hasil negatif (konversi) setelan 3 bulan  pengobatan TB pertama.
  6. Penderita TB yang kambuh setelah dinyatakan sembuh
  7. Penderita TB yang lalai atau drop out dari pengobatan
  8. Bilamana kontak erat dengan penderita TB paru kebal obat, atau petugas kesehatan yang merawatnya.
  9. Penderita TB – HIV yang tidak respon secara klinis terhadap obat TBC.
Setelah mengetahui dan mengelompokkan penderita pada tersangka MDR TB, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksaan mikrobiologi  kultur BTA dan uji kepekaan obat dengan media ogawa 3% yang hasilnya mememerlukan waktu 3 bulan.
                Pengobatan yang tepat sesuai uji kepekaan obat dapat memberikan hasil kesembuhan yang baik, sehingga dapat mencegah tersebarnya strain kuman TBC yang kebal obat.  Memberikan pengetahuan tentang hidup sehat,  menjaga daya tahan tubuh dengan intake makanan yang cukup dan suplemen yang tepat ikut membantu penyembuhan.