Penyakit TB paru kebal
obat mulai mengancam
Lusi Nursilawati Syamsi
Pendahuluan
Penyakit TB yang
disebabkan Mycobacterium Tuberculosis
(TBC) saat ini masih merupakan
masalah dan beban Negara yang memerlukan pemikiran dan strategi yang tepat
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Menurut data WHO Tahun 2011 negara Indonesia masih menempati keempat didunia setelah India ,
China, dan Afrika selatan, dan angka kematian mencapai 64.000 per tahun,
tentunya bukan tugas yang ringan dan perlu kerja keras dari berbagai
pihak, pemerintah dan masyarakat untuk
bersungguh sungguh menuntaskan penyakit ini. Penyediaan obat gratis TB paru
oleh Pemerintah sudah tersedia seperti
combipak sejak th 1900 an, saat ini paket kombinasi dosis tetap ( KDT)/ Fixed
doses combination (FDC) bentuk dan sediaan obat lebih sederhana sudah tersedia
diseluruh puskesmas, Rumah sakit pemerintah bahkan Rumah sakit swasta melalui
strategi DOTS. Masalah sulit yang muncul saat ini dan menjadi ancaman Negara
adalah kebalnya kuman terhadap obat TBC. Keadaan ini membuat sulit tatalaksana
pengobatan TBC, dan meningkatkan angka kesakitan TBC yang mencapai 450.000
kasus tb baru/tahun dan 6.500 MDR
TB/tahun di Negara kita. TB paru merupakan salah satu penyakit paru yang sering
meninggalkan bekas sakit pada paru bila penderita sembuh dari pengobatan, tidak
jarang bekas penyembuhan ini sering menjadi masalah baru pada generasi muda
kita saat mengikuti seleksi kesehatan untuk mendapatkan pekerjaan.
Penyakit TB paru kebal obat
Penyakit TB paru
kebal obat disebabkan kebalnya kuman terhadap obat anti TB. Kekebalan (resistensi)
kuman terdiri primer dan sekunder,
kekebalan primer terjadi pertamakali pada penderita yang belum pernah mendapatkan
obat TB atau pernah tetapi kurang dari 1 bulan , sedangkan kekebalan
sekunder terjadi setelah penderita yang pernah mendapat pengobatan obat TB
setidaknya 1 bulan dan mendapat obat TB kembali oleh karena penderita kambuh
atau memberhentikan pengobatan
pertama sebelum dinyatakan sembuh .
Jenis kekebalan kuman terdiri dari Multidrug resistance (MDR TB), Extensive
drug resistance (XDR TB) dan Total drug resistance (TDR TB). MDR TB adalah
Kuman TB yang sudak kebal terhadap obat TB lini pertama yaitu rifampicin dan
INH secara bersamaan. MDR TB bentuk awal dari resistensi kuman, ini merupakan
fenomena buatan manusia akibat pengobatan TB yang tidak adekuat, seperti
kombinasi obat yang tidak lengkap, dosis yang kurang, lama pengobatan yang
kurang, serta ketidakteraturan atau ketidakpatuhan penderita selama pengobatan.
XDR TB adalah lanjutan dari MDR TB, dimana kuman TB sudah kebal terhadap obat
TB lini kedua seperti golongan kuinolon dan suntikan kanamicin atau amikasin. TDR
TB merupakan lanjutan dari XDR TB, dimana kuman TB sudah kebal terhadap obat
lini pertama dan lini kedua.
Penanganan dan
Pengobatan kasus MDR TB sangatlah rumit, lebih lama dan lebih mahal, memerlukan
lama pengobatan antara 19 sampai 24 bulan.
Menghadapi Masalah ini perlu dan pentingnya penyuluhan yang terus
menerus petugas kesehatan sampai tingkat RW melalui PKK yang sudah dilatih
mengawasi langsung pada penderita, pengawasan minum obat yang terlatih, dan pengetahuan
tentang penanganan efek samping dan gangguan gagal penyerapan obat TB dari
petugas kesehatan secara multidisiplin
dan terpadu. Keterusterangan petugas kesehatan tentang TBC pada penderita
sangatlah penting, istilah seperti diagnosis “ plek” atau bronkitis yang berkembang di
masyarakat tetapi penderita diberikan obat TBC saat ini perlu diluruskan dan
dijelaskan langsung pada penderita menderita penyakit TBC. Pengobatan TBC yang biasa diberikan selama minimal 6
bulan dan menyebabkan air seni berwarna merah perlu dikenalkan pada penderita
untuk memudahkan mengenal penyakitnya. Pengetahuan
efek samping obat TBC yang banyak harus dijelaskan sebelum penderita memulai
pengobatan agar tidak memutuskan pengobatan secara sepihak. Seringkali
penderita hanya menjalankan pengobatan 2 bulan pada fase eradikasi oleh karena keluhan sudah membaik olehkarena
ketidaktahuan penderita tentang risiko pengobatan tidak lengkap.
Pemeriksaan TB paru kebal obat
Pemeriksaan
yang mudah untuk menentukan TB paru kebal obat adalah dengan mengetahui riwayat
pengobatan TBC penderita terdahulu. Terdapat 9 kriteria seorang penderita
menjadi tersangka TB paru kebal obat yaitu :
- Kasus kronik bila penderita tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan TBC ulang keduakalinya
- Bila pada pemeriksaan dahak (BTA) tidak menunjukkan hasil negatif (konversi) setelah 2 bulan menjalani pengobatan TBC ulang kedua-kalinya.
- Riwayat pengobatan TB yang menggunakan obat lini kedua atau tidak menggunakan strategi DOTS
- Pengobatan TB pertama yang gagal.
- Pemeriksaan dahak (BTA) tidak menunjukkan hasil negatif (konversi) setelan 3 bulan pengobatan TB pertama.
- Penderita TB yang kambuh setelah dinyatakan sembuh
- Penderita TB yang lalai atau drop out dari pengobatan
- Bilamana kontak erat dengan penderita TB paru kebal obat, atau petugas kesehatan yang merawatnya.
- Penderita TB – HIV yang tidak respon secara klinis terhadap obat TBC.
Setelah mengetahui dan
mengelompokkan penderita pada tersangka MDR TB, pemeriksaan yang penting adalah
pemeriksaan mikrobiologi kultur BTA dan
uji kepekaan obat dengan media ogawa 3% yang hasilnya mememerlukan waktu 3
bulan.
Pengobatan
yang tepat sesuai uji kepekaan obat dapat memberikan hasil kesembuhan yang
baik, sehingga dapat mencegah tersebarnya strain kuman TBC yang kebal obat. Memberikan pengetahuan tentang hidup
sehat, menjaga daya tahan tubuh dengan
intake makanan yang cukup dan suplemen yang tepat ikut membantu penyembuhan.